Kamis, 28 April 2011

1/ Rindu


pic: disini

Untuk ibu saya yang selalu menggenggam tangan saya sampai sekarang ketika saya menyebrang jalan. Bukan untuk dirinya, tapi untuk saya. “hati-hati, pelan-pelan” katanya. Saya tersenyum…saya ganti menggenggam tangannya, menggandengnya. Saya ingin menggantikan menjaganya.

Kala itu, saya baru membaca sebuah buku. Saya ceritakan padanya, ibu lalu menelusuri cerita saya, sampai akhirnya ibu saya biarkan tertidur…saya sering melihat wajah ibu ketika tertidur, saya bisa melihatnya lekat-lekat. Rasanya ingin saya simpan hangatnya biar menguras semua rindu ketika saya jauh. Terimakasih selalu menerima air mata saya selama 23 tahun ini. Tidak kemana saya selalu membagi dengannya, terimakasih menerimanya dan menghangatkan saya.

Minggu, 24 April 2011

Tak Searah

Dear God, in Your majesty, You create differences. In my arrogance, I question Your wisdom. In Your mistery, You create temptation. In my inferiority, You make me more than I am. So here I am, surrender me in the agony of Your love, surrender me in the irony of Your law. Lead me to the joy of love redivined, teach me how to love You more.
-cin(T)a movie-

Pelayan: selamat berbuka puasa
Saya tersenyum,
Dia tersenyum pada saya,
"mari berbuka puasa"
Saya balas senyumnya.

Kamis, 07 April 2011

Hei...




Hai..
Apa kabar? Masih suka pura-pura tidak menangis dengan pura-pura tertawa? Pura-pura sudah sembuh, sudah lupa, tapi kamu masih ingat jelas tanpa minum suplemen penambah daya ingat. pfft...
Aku dengar kamu menangis kalo  ga nangis ya melamun di jalan. Dia tau? =)) 


Apa karena sering kali janjinya masih kau simpan di dalam hati? masih percaya dia sayang kamu, dan menyimpan kamu di hatinya sebagai kesatu. Kesatu? Berarti pasti ada yang kedua kan? Setia tapi jangan bodoh sayang…

Kamu ga pernah bisa benar-benar marah kan, cuma ngambek sama dirimu sendiri kenapa bisa sesayang itu sama dia. Yaampun, berapa kali kamu ingkari janjimu sendiri buat enggak sayang lagi sama dia. Mungkin kamu berfikir kenapa kamu bisa ketemu lagi sama dia yang malah bikin kamu sakit hati begini. Hei… kamu jadi tau dia sebenarnya. Aku tau dia itu bagai teh manis yang menenangkan kamu yang biasa kamu minum pagi dan sore, tapi sekarang setelah begini, dia ga lebih dari teh yang udah penuh sama semut. Susah mau minumnya kan? Mau minum teh yang sudah banyak semut begitu?


Sebenarnya kamu mau membuka tanganmu hanya untuk mereka yang tak ragu menarikmu keluar  bukan? Kamu akan berusaha menggenggam tangannya walau kamu masih akan belajar. 
Tapi kamu tahu ini belum saatnya kamu bertemu sama dia. Melangkah setiap hari kedepan, pasti selangkah mendekat padanya. Kamu sekarang tugasnya belajar perbaiki dirimu sendiri dasar tukang ngambek! Suka ngabisin tisu! Kasihan bantalnya nemenin kamu, kamunya nangis terus. Sekali-kali pelukin guling sambil senyum. Oke sip? Sip!


Dear me…please.

Sabtu, 02 April 2011

Mengejar Senja


“Aku ingin senja sore ini…, paling tidak aku ada di sana duduk menantinya walau nanti ada mega mendung yang menggiringnya pulang ,aku hanya ingin ada  saat dia bergegas ke peraduan, dan aku dapat lekat-lekat mengamatinya, merasakan lelahnya, melihat sampai di batas lelahnya ingin beristirahat, dia masih menyerupa indah keemasan. Seperti saat-saat perpisahan merantau, aku selalu ingin datang lebih awal agar bisa membingkis rinduku nanti, menata-nata hati agar kesedihan sedikitnya dapat terkurangi.”

Senja. Istimewa. Karena indah yang sekejap. Membuat pengagumnya kian penasaran. Sampai ketika dia tertutup mega-mega mendung. Pengagum hanya termenung, merasa penantian sehari, harus terpendam dan dibawanya esoknya lagi. 

Usia



Terpekur. Sulit mengurai aksara. Membiarkan hening menghadirkan potongan-potangan masa.
Hening yang mencipta kaca-kaca langkah. 
Hening yang akan mengikis rahasia-rahasia rasa.
Tidak ada lilin, tapi hening menyaji cahaya yang berganti-ganti
Ya Rabbi, terima kasih 23 tahun usia ini,
Terimakasih kehidupan yang Kau saji dalam hati ini.
Arahkanlah pada yang benar ya Rabbi.
Amin ya Rabbal Alamin