Selasa, 25 Oktober 2011

Home


"Home is not a place where you stay, but home is a place where it understands you"

- Hitam Putih –



Saya sudah lama di sini, 5 tahun. Di sini perjalanan hidup pernah mengharuskan saya tinggal. Jogja membuat saya menemukan banyak hal, dan saya senang kota ini mengubah saya, bahkan terlalu banyak dari dugaan saya, 18 hingga 23 tahun—usia yang cukup untuk mengurai banyak pengertian.



Setiap perjalanan pasti akan menyisakan kenangan. Malam ini semua seolah berputar pelan, dari setiap jalan yang saya lewati, ruang-ruang yang saya tempati, setiap hati yang telah tersayangi. Seperti tampak layar besar di depan saya yang memperlihatkan gambar-gambar yang pernah saya lalui satu persatu bersama hawa suasana yang benar-benar dapat saya rasakan kembali. Sedih, marah, kecewa, tertawa, bahagia mengurai pelan dalam helaan nafas.



Ruangan saya, tempat yang saya singgahi, orang-orang yang saya sungguh sayangi, membuat jogja menjadi rumah yang sangat nyaman buat saya. Namun, ada yang pernah bilang keadaan “home” memang tidak dicari, kadang kita berfikir kita perlu menemukan “home” padahal itu ada dalam diri kita masing-masing. Seperti mereka yang akan tetap ada dalam hati saya. Mereka akan saya bawa—tetap ada dalam lingkaran home saya. Perpisahan mungkin hanya jarak mata, tapi tidak di dalam hati kan? Seperti home yang ada di dalam hati kita masing-masing.



Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah atas karunia, terimakasih yang telah mengisi ruangan-ruangan pengertian rumah dalam hati saya. Semuanya, tentu saja. Terimakasih banyak.




Yogyakarta, 25 oktober 2011


dabag D 95 putri ayu, my room-20. Mayank.

Sabtu, 15 Oktober 2011

life

Pict: Here


Seseorang pernah berkata pada saya bagaimanapun keadaan saya, saya harus berusaha tersenyum, paling tidak itu adalah cara paling mudah untuk menata hati saya. Iya, sulit memang apalagi bagi saya, namun mungkin begini jika Tuhan mungkin sedang ingin bercanda dengan saya walau awalnya saya dibuat menangis pasti Dia menginginkan saya untuk tersenyum pada akhirnya. Saya tahu kegagalan yang saya miliki ini akan menentukan kualitas yang akan saya dapatkan nanti, mungkin Tuhan ingin saya lebih menghargai dan memaknai apa yang saya dapatkan nanti dari hal paling kecil dan hilang dari rasa angkuh.



Keadaan memang belum berubah, namun saya sudah dapat menata hati saya, dan itu sudah saya anggap jauh lebih baik. Ada waktu nanti, ketika saya berpindah dari kondisi ini, mungkin saya akan tertawa membaca apa yang pernah saya tulis, saya belum bisa tertawa memang, namun paling tidak saya sudah bisa tersenyum, ketika saya tahu saya ada di titik mana dan akan mulai bergerak lagi kemana dengan genggaman keyakinan saya. Entah kali itu akan gagal lagi atau tidak, paling tidak energi saya sudah cukup dan menjadikan saya lebih kuat dari yang kemarin.



Dalam hati saya, saya bercita-cita bsa menjadi orang hebat yang bisa bangkit dari jatuh, walau itu harus dimulai dengan cara menghibur diri saya sendiri. Tapi, bukankah itu lebih baik...




Kamis, 13 Oktober 2011

Down

Pict: Here


….



Saya sedang merasa waktu membawa saya pada jarak yang sudah jauh. Namun sesampainya di sana semua yang saya harapkan seperti harus ditunda dalam waktu yang tidak ditentukan. Saya tidak bisa putar balik, saya tetap harus berjalan ke depan. Tentu tidak ada masalah jika harus terus melangkah, namun bekal energi saya hampir habis. Langkah-langkah saya mulai lemah, katika saya berhenti kadang saya berfikir kenapa saya harus ada sejauh ini jika sesampainya di sini saya tidak mendapat apa-apa. jika saya tetap berhenti tentu saja saya tidak akan mendapatkan apapun, berhenti dan bersedih akan membuat waktu semakin bergulir dan mungkin saya akan tertinggal dengan seseorang yang berlomba dengan saya walau tidak dalam jalan yang sama.



Energi ada dalam diri saya sendiri, seperti kebahagiaan tidak bisa saya cari namun saya ciptakan sendiri. itulah masalahnya, saya down dan saya sulit menciptakan kebahagiaan dalam diri saya. Mungkin ini yang disebut “bukan bagaimana kegagalan namun bagaimana untuk bangkit”. Saya akui bangkit itu sangat susah dan orang yang bangkit dari beberapa kegagalan adalah seseorang yang hebat. Bagaimana tidak, kegagalan bukan hanya tidak mendapatkan apa mimpi dan cita-cita, namun kegagalan seperti rasa sakit, bagaimana menangis di saat yang lain sedang tertawa meraih sesuatu yang kita harapkan. Ya sebut saya pandai mendiskripsikan kegagalan. Tapi sekali lagi bukan bagaimana dan arti kegagalan tapi bagaimana untuk bangkit. “Bagaimana” pertanyaan yang belum bisa saya jawab, belum bisa saya fikirkan setelah saya harus tersungkur jatuh. Karena sakit itu masih terasa. Semoga ada ruang khusu malam yang bisa saya ciptakan dalam hati agar mampu mendapat petunjukNya,

aaaaamin…


Minggu, 09 Oktober 2011

bridesmaid bouquets

Pict: Here


Sesekali ketika termenung, saya menatap buket bunga yang saya bawa pulang dari pernikahan sahabat saya, saya memanggilnya Cece, walaupun nama itu jauh dari nama aslinya. Buket itu saya bawa setelah terbuang. Ada seseorang yang mendapatkan lalu melemparkannya sehingga rusak begitu saja. Lalu bunga-bunga tercecer dan yang masih utuh dipungut sebagian teman. Saya menatapi buket itu di sana, saya ambil. Karena sedari awal saya ingin buket itu. Bukan berarti saya menginginkan menjadi the next one. Tapi saya anggap itu adalah sebuah bagian penting yang dibawa sahabat saya ketika menikah. Saya mengambilnya dan memungut beberapa bunga dan menyusunnya kembali. Saya bawa pulang.


Ketika saya menatapinya, saya teringat cece, ketika dulu kami hampir 2 bulan tinggal bersama, teman satu kamar ketika tugas kuliah kerja nyata, sampai tugas itu selesai beberpa tahun yang lalu kami masih sering pergi bersama-sama, kami betah di foodcourt mall dari sebelum siang hingga sore hanya untuk ngobrol kesana-kemari tidak habis, kami lanjutkan di kos. Rasanya ketika saya melihat dia di pelaminan, tentu saya terharu bahagia, menangis bahagia. Sahabat saya menjejak hidup yang berbeda sekarang, melangkah karena ikatan suci, seperti hidup yang benar-benar baru.



Setelah saya kembali ke kost, Cece mengirimkan pesan singkat, hingga saya menulis ini.



Saya pembenci jarak yang jauh. Harus banyak yang dikorbankan untuk orang-orang tersayang. Beberapa sahabat saya di kampung halaman saya menikah dan saya tidak dapat hadir. Dulu saya dan sahabat-sahabat saya selalu bilang ketika kami masing-masing menikah, harus datang. Namun saya ingkar. Hal ini membuat saya sedih ketika berada di tempat saya ,diam sejenak di waktu yang sama ketika sahabat saya mengikat janji suci.



Rasa sayang, harapan di hati saya beserta doa ada untuk mereka, sahabat-sahabat saya.


<3

Mayank.