Surat kedua dari selusin surat bercerita ini untuk bapak.
Teman ngobrol saya dirumah, yang paling betah dengerin saya curhat dari laut ke darat lalu kelangit *ah cape donk :) , bahkan ketika ibu mungkin sedang tidak bisa nyambung sama saya, bapaklah yang menjadi juru bicaranya. Kami sering berkomplot untuk memberi kejutan pada ibu. Misalnya waktu ibu tidur diam-diam kami datang menyanyi sambil membawa kue. Bapak yang main gitar, walau suara bapak ga bagus-bagus amat, itu yang buat ibu semakin seneng, seneng ngetawain bapak.
Saya kangen sama bapak, seseorang yang diam, mungkin dingin untuk orang lain. Saya kangen ketika saya menyapu halaman rumah yang seperti lapangan sepak bola, sama bapak, sama ibu, dan pandu. Malamnya kami saling pijat-memijat.
Sekarang mereka bertiga dirumah, saya sendirian di sini. Ibu bilang mereka sekarang sedang suka bertani, menanam sayur-sayuran dan buah di halaman belakang. Sore hari bapak dan ibu memetik, cerita kaya di cerita-cerita, tapi itu yang sedang mereka bangun. Menikmati sesuatu yang berbeda, menikmati suasana alami katanya.
Ya tentu saja saya tambah kesel, pengen pulang.
Bapak surat ini dari putrimu, yang berlari menujumu saat engkau pulang dari kerja, yang dulu selalu meminta gendong di pundakmu, sekarang mengecupmu dan membawakan tasmu (kalau ada di rumah). Putri yang selalu menghabiskan teh yang dibuat ibu untuk bapak sebelum bapak pulang. Iya aku pelakunya. The paling enak itu teh yang diminum bersama bapak. Terimakasih ya sudah menjadi bapakku, yang membimbingku bukan mengarahkanku. Bapak tau apa yang selalu aku mau, terimakasih. Tentu air kata-kata tidak mudah mengalir begitu saja, aliran sebenarnya ada di hati, karna cinta untuk bapak itu tentu banyak yang hanya dirasa bukan di kata, sama seperti ibu. Terimakasih Tuhan menghadirkan hamba di tengah mereka.
aku sayang bapak
aku kangeeeen bapak
KISS HUG
genduk
1 komentar:
aku terharuuuuuuuu...........
Posting Komentar