Sabtu, 21 Mei 2011

4/ 3 wanita hebat


Seseorang yang penting, sehingga ada saya saat ini. Saya mempunyai 3 nenek yang luar biasa. kadang saya hanya mengamati mereka saja. Mereka wanita-wanita yang begitu kuat. Itu yang menurun pada ibu saya. Ibu selalu menegaskan jika saya harus menjadi wanita yang mampu jika saya sendirian. Harus tegak berdiri. Seperti mereka, 3 wanita hebat…


Nenek aman. Ibu ayah saya. Bersamanyalah saya ketika kecil, saya digendongannya ketika beliau memasak. Jika lelah saya duduk dengan kakek minum teh pahit dan gula merah. Kakek kadang menjemput saya naik sepeda ke TK, bilang nenek membelikan mainan, bebek kecil dari lilin yang terapung di air berwarna biru. Itu mainan yang paling saya sukai sampai saat ini. Walau sudah jarang, jika saya menemukannya saya pasti beli, saya taruh di akuarium kamar. Di teras rumah saya bermain batu api, lalu nenek marah. Lalu menggantikannya dengan bunga pohon dan daun sendok. Nenek pembuat wajik kletik, setiap kali saya diajaknya ke dapur, lalu saya ikut membungkus wajik di kertas minyak, bersamanya. Setelah semuanya jadi, saya dan nenek mengirimnya ke warung. 

Ketika itu saya masih disekolah, di jemput. Katanya nenek meninggal. Sampai saat pemakaman, saya enggan meninggalkan makamnya. Malam hari saya bertanya pada ayah, nenek sama siapa di sana. Saya tahu ayah berusaha kuat membendung kesedihannya saat saya menangis. Saya taman kanak-kanak kala itu. Bersamalah masa kecil saya habiskan. Saya bahagia. Semoga Tuhan juga membahagiakannya sekarang. Amiiin…

Nenek jiah, saya tidak dekat dengan beliau. Ibu dari ibu saya, tinggal di Jogja dan saya di Lampung. Baru beberapa tahun ini saya bisa dekat. Setiap kali bertemu degannya, hanya terlintas, saya ingin sepertinya. Wanita kuat, tegar. Beberapa kali kehilangan. Semburat sedihnya hanya diam. 

Beliau adalah penerima yang baik, yang lebih banyak mengurusi eyang kakung dan putri. Melakukan semestinya keadaan walau sepahit apapun. Kadang saya hanya bertanya, saya ingin belajar menjadi wanita sekuat dan setegar itu. Selalu memikirkan orang lain, yang bahkan orang lain jarang memikirkannya. Saya pernah berharap nenek berhenti melakukan hal-hal berat, namun sulit. Hal berat itulah yang menjadikannya kuat. Saya sering menganggapnya mirip dengan kartini. 

Nenek joko. Tinggal sangat dekat dengan saya, yang merawat ibu saya dari kecil di Lampung. Beliau suka mendongengkan saya ketika saya hendak tidur, pagi hari lalu saya jogging bersamanya. Nenek saya satu ini juga cekatan. Waktu mudanya saya yakin dan keyakinan saya benar rupanya bahwa beliau adalah wanita karir yang sibuk. Wanita tangguh juga. Setelah ditinggal kakek cukup lama, nenek mengurusi 4 orang anak angkat termasuk ibu dan satu anak tunggal. Nenek bukan satu-satnya istri kakek, entah keberapa. Namun hubungannya baik kepada semua istri-istri yang lain bahkan nenek sering bersilaturahmi. Itu yang membuat saya bilang beliau adalah wanita tangguh. Tentu dalam hal in saya tidak ingin serupa. Saya ingin menjadi wanita satu-satunya untuk suami saya. 

Sekarang nenek sudah tidak seperti dulu, di rumah saja--sering di kamar,  sambil nonton tv bersama cucu-cucunya. Semua tanaman yang nenek tanam di halaman itu untuk cucunya, jika ada yang membeli, beliau pasti bilang “panen iki ge putuku” (panen ini untuk cucu saya). Makanya saya dan cucunya yang lain bahagianya bukan main. Dulu saya sering duduk di atas pohon jambu air dengan yang lain dari siang hingga sore makan jambu air dan main-main. Jika sudah bosan pindah ke pohon jambu yang lain. 

Waktu saya pulang kemarin saya mengambil singkong bersama cucu-cucu nenek yang lain, lalu membakarnya bersama. Rasa bahagianya seperti dulu. Nenek yang menjadikannya seperti itu, agar cucunya semua bahagia. Beliau bilang senang rasanya jika panen buah cucunyalah yang menikmati semua dan berkumpul di rumahnya. Beliau juga membagi sesuatu secara adil. Kami juga senang bukan main.

Ya Allah terimakasih menghadirkan mereka dalam hidup hamba
Ya Allah, bahagiakanlah mereka seperti mereka membahagiakan hamba dan cintailah mereka seperti mereka mencintai hamba…
Amiiin ya rabbal alamin…

1 komentar:

Elsa mengatakan...

subhanallaaaaah
jangan pernah berhenti bersyukur karena begitu dicintai oleh merekaaa