Mengagumimu mungkin seperti mengagumi kembang api.
Kembang api lebih indah jika ada hanya dalam momen tertentu. Saya lebih senang menunggu ada yang menghidupkan kembang api dari pada saya yang menggenggamnya sendiri, ada sensasi yang berbeda, seperti menunggu, seperti penantian sesuatu yang indah, tanpa di paksa dan terencana sendiri. Walau kadang saya ingin menggenggam karena sudah tidak sabar, namun saya mungkin akan mundur, kembali ke tempat saya. Kecuali jika kembang api kecil, iya… kecuali mungkin hanya gurauan kecil saya akan lakukan.
Ketika saya tidak ingin menggenggam bisa dibilang saya sedang mencari aman, menikmati kembang api di tempat ternyaman lalu berteriak, di tengah riuhnya pula teriakan, seperti mengamatimu diam-diam di antara banyak mata dan hati padahal di dalam sini dentumnya seperti berloncatan kegirangan, seperti dentum kembang api, dentumnya bisa dinikmati. Pertunjukan seperti milik pribadi.
Namun kadangkala kembang api hanya terlihat sebentar, menunggunya yang cukup lama—seperti kamu, sepintas lalu, kamu selalu mudah berlalu tanpa mengerti arti menunggu.
Belakangan saya juga sadar ketika kembang api dilepaskan, membentuk gugusan api bercahaya yang memperindah memenuhi udara, gema dan cahayanya tersimpan di hati—menjadi kenangan, kenangan yang kita inginkan lagi, seperti candu. Sama seperti kamu yang mirip candu.
Kelak mungkin kita perlu seperti ini, tidak takut menggenggam kembang api. Ketika kita berani menentukan dan menciptakan kebahagiaan kita sendiri. Rasanya pasti berbeda bukan menunggu lagi, setelah kesempatan yang saling ditawarkan, menggenggam masing-masing namun saling menjaga satu sama lain.
Bagaimana kamu, yang di situ?
Pict1: Here
Pict2: Here
Tidak ada komentar:
Posting Komentar